Kamis, 23 April 2009

Soft Launching KRL Ekonomi AC Jurusan Priuk - Bekasi

Jakarta (23/04/2009)- PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggelar soft launching KRL Ekonomi AC jurusan Priuk - Bekasi, Kamis (23/04). Acara tersebut diresmikan Kepala Stasiun Priuk, Mohamad Basir, siang tadi.

Setelah melakukan uji coba KRL Ekonomi AC jurusan Priuk - Ancol, minggu (19/04), Stasiun Priuk kembali melakukan uji coba KRL Ekonomi AC jurusan Priuk - Bekasi. Dengan tarif Rp.4500, kereta tersebut berhenti di semua stasiun yaitu Ancol, Rajawali, Kemayoran, Senen, Kramat, Pondok Jati, Jatinegara, Buaran, Klender, Pondok Kopi, Cakung, serta Kranji.

Untuk sementara jadwal keberangkatan KRL Priuk-Bekasi pukul 10:30 tiba 11:22, dan 17:45 tiba 18:43. Kegiatan ini hanya uji coba untuk peresmiannya sendiri masih mengunggu konfirmasi pihak Departemen Perhubungan. (aidil.akbr@gmail.com)

Jumat, 10 April 2009

Pecel Madiun digemari Mahasiswa dan Dosen IISIP Jakarta

Jakarta (07/04/2009)-Pecel Madiun, jika anda mendengar nama yang satu ini, mungkin anda segera mengenal nama makanan yang berasal dari kota Madiun, Jawa Timur. Berkat ketenaran makanan tersebut, tak jarang warung makan kaki lima yang memakai nama pecel madiun.
"RM Jawa Timur", sebuah rumah makan yang bertempat di pinggir Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mungkin bisa menjadi salah satu tempat jika anda ingin menikmati pece madiun. Harga yang ditawarkan juga terbilang murah, untuk seporsi makanan tersebut adalah Rp 3.500. Apa saja racikan pecel madiun khas RM Jawa Timur? Makanan yang berbahan dasar Nasi, Sayur Kangkung, Kol, Toge, Perkedel, serta Sambal Pecel ini ternyata cukup digemari.
Hamid Hamdan, salah satu mahasiswa IISIP Jakarta mengatakan, "Salah satu makanan RM Jawa Timur yang saya gemari adalah pecel madiun, selain enak harganya pas sekali untuk anak kost seperti saya". Beberapa pelanggan lain mengomentari hal yang berbeda tentang pecel madiun khas RM Jawa Timur, "Setahu saya pecel madiun itu tidak seperti ini, pada pecel madiun terdapat kacang panjang, bayam, ayam goreng, sama rempeyek kacang." ucap Rustini, dosen IISIP Jakarta.
"tetapi kalau memang ini benar pecel madiun, menurut saya cukup enak dan dari segi harga juga terjangkau." jelas Rustini. Rasa bumbu pecel, sayuran segar serta perkedel begitu terasa saat kita menyantap makanan yang satu ini. Selain pecel madiun, pilihat makanan lain yang disediakan terbilang cukup banyak. Diantaranya Nasi Rawon, Nasi Goreng, Ayam Bakar, Ayam Goreng, Pecel Lele, serta Soto Ayam dan Daging. Sebagai peneman makanan juga tersedia minuman seperti Aneka Jus, Teh, Kopi, dan juga Soda Susu.

Aku Seperti Layang-layang


Minggu sore, aku dan teman-teman kuliah pergi berekreasi di Monas, Jakarta. Disana aku melihat banyak sekali layang-layang beterbangan di Monas, Jakarta. Layang-layang itu diterbangkan di langit menggunakan sebuah benang panjang oleh seorang ayah bersama keluarganya.
Diatara sekian banyak layang-layang tak sedikit layang-layang yang terbang sendiri tak tau arah yang pasti karna benang yang putus. Akan tetapi, layang-layang yang ditebangkan oleh seorang ayah bersama keluarganya itu tetap terbang dengan tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Bukan hanya dengan bantuan angin, tetapi juga dengan teknik menerbangkan layang-layang dan benang panjang yang terus dilepaskan dari gulungannya oleh orang tua itu.
Sama seperti ketika aku melihat "Pasukan Awan", lamunanku membawa aku kembali. "hey,bukankah layang-layang yang sedang tebang itu seperti diri kamu?" hatiku bertanya. "Ya, layang-layang itu memang sama seperti diriku. Untuk menggapai cita-cita sebagai seorang jurnalis, aku dibantu oleh ayah, ibu, dan kedua kakak. Akupun besyukur, karna tak sedikit anak yang ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang perkuliahan untuk menggapai cita-cita, tetapi mereka takbisa melakukannya karna keterbatasan biaya" ucapku dalam lamunan.
Melihat layang-layang yang terbang bersama-sama layang-layang lain, hal itu membuat langit menjadi indah. Mereka begerak kesana-kemari dengan riangnya. Akupun berkata kembali dalam hati, "Alangkah indahnya jika aku dapat sukses dalam hidup ini bersama teman-teman."
"aidil.., mau ikut foto ga lo?" teriak salah satu temanku yang bernama sarah. Berkat teriakkan itu, aku tersadar dari lamunanku.
Akupun segera beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju teman-temanku yang siap untuk berpose dihadapan kamera. Melihat hal itu aku tersenyum sambil sedikit berdoa dalam hati, "terimakasi tuhan, engkau sudah memberikan aku keluarga yang hebat, dan engkaupun telah memberi teman-teman yang lucu untuk membuat diriku terus tersenyum serta membuat hidupku lebih indah."

Senin, 06 April 2009

Cikini Klasika 2009, dipadati Penonton

Jakarta (06/04/2009)-Konser musik klasik yang bertempat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat (05/04). Konser tersebut dipadati oleh ratusan penonton serta orang tua murid dari siswa-siswi sekolah Perguruan Cikini (Percik).

Seorang psikolog kognitif dari Universitas Harvard, Howard Gardner telah mengembangkan teori intelegensi dalam bukunya "Frame of Mind: The Theory of Multiple Intellegencies (1983)" menyebutkan bahwa manusia memiliki 8 jenis intelegensi dasar, yaitu: Linguistik, Logika Matematika, Spatial, Kinestik Tubuh, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal, serta Naturalistik.

Teori ini telah menggugurkan paradigma lama yang hanya mengukur tingkat intelegensi manusia dengan cara pengukuran Intellegensi Quality (IQ) yang sama sekali tidak menyentuh substansi musikal atau juga substansi lain yang lebih menyeluruh. Anak-anak yang memiliki intelegensi musik memiliki keunggulan senang belajar musik, bernyanyi atau bermain musik, sangat mudah mengikuti irama dan umumnya peka terhadap suara-suara di lingkungan sekitar.

Untuk mengakomodir kepentingan anak-anak seperti inilah Perguruan Cikini (Percik), Sekolah Menengah Musik Percik (SMM Percik setara dengan SMA), serta Lembaga Pendidikan Musik Percik menggelar konser musik klasik dengan tema Cikini Klasika 2009 (katalog Percik).

Konser yang dimulai sejak pukul 19:30 hingga 22:00 WIB tersebut, menampilkan orkes-orkes dari sekolah musik Percik dengan tujuan melaporkan perkembangan anak kepada orang tua murid serta penonton. Yang menarik dalam acara tersebut selain dibawakan secara hikmat dan penuh emosi, pada pementasan yang memainkan lagu The Typewriter, disertai peragaan pantonim dengan gerakan-gerakan lucu diikuti dengan ilustrasi musik membuatnya menjadi menarik dan memancing gelak tawa penonton.

"Dengan segala ketebatasan tempat, menurut saya konser musik klasik ini sangat menarik. Selain melestarikan musik klasik, juga melatih anak dalam bermain musik serta mengenalkan kepada anak-anak tentang musik tersebut" ucap bpk Dandi Nasution, penggemar musik klasik dan orang tua murid siswi SMM Percik.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh kepala sekolah serta konduktor Orkestra Percik, Hari Poerwanto. "Acara ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan siswa-siswi SMM Percik, mengembangkan pendidikan musik klasik, serta membenahi tata cara orkestra yang baik seta bermusik dengan benar." Jelas hari dalam wawancaranya disela acara.

Seni Dalam Kaca Sejak Abad ke-17

Jakarta (06/04)-Pameran koleksi Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta. Menampilkan salah satu jenis seni tradisi yang telah tumbuh sejak abad ke-17 terutama pada daerah Cirebon, tanggal 3-11 April 2009.

Sejumlah lukisan di atas kaca yang berusia lama dan baru, mencerminkan bahwa jenis kesenian ini pernah menjadi benda elit. Faktor kaca sebagai hasil teknologi industri yang mahal pada saat itu serta menjadi benda pajang yang elegan di kalangan masyarakat perkotaan dan pedesaan. Pada sebuah lukisan kaca tersimpan nilai luhur kebudayaan lokal dan kreativitas manusia dalam mengolah keindahan simbiotik kesenian yang sudah mentradisi sejak berabad silam.

Cirebon,merupakan salah satu kantong kebudayaan yang memiliki tradisi kuat melahirkan seniman-seniman pelukis kaca dan beragam kesenian lain seperti topeng, tari, batik, dan masih banyak lagi. Kota tersebut sangat kuat menyerap nilai sinkretisme Jawa-Pasundan, telah melahirkan kebudayaan baru yang khas, bukan Jawa dan bukan Sunda.

Seni dari Cirebon memang fenomenal oleh kemampuannya merepresentasikan kekayaan budaya hasil percampuran berabad antara Hindu, Islam, Cina, Jawa, dan Sunda. Ciri-ciri fisik karya mengandaikan berbagai prosedur kerja, seperti teknik melukis secara terbalik pada permukaan kaca tembus pandang, pewarnaan yang datar, cenderung dekoratif, dan menggunakan ragam hias khas setempat.

Seni lukis kaca Cirebonan dipertegas dengan munculnya nama Rastika dengan terobosan corak modern dengan cat semprot dan penggarapan yang lebih ekspresif. Salah satu karyanya tahun 1986 yang menggambarkan keluarga Pandawa dengan judul Pandawa Lima, Punakawan dan Kresna.

Dalam pameran "Jejak Ekspresi di Atas Kaca" hari minggu kemarin, tak tampak pengunjung yang hadir.